Kamis, 22 November 2012

Jujurlah

Fakta membuktikan bahwa jaman sekarang yang namanya jujur itu menjadi barang langka. Bahkan untuk menekankan supaya kita bertindak tidak jujur ada pepatah "jujur itu ajur", artinya kalau kita bertindak jujur maka malah akan cilaka, akan hancur dan tidak selamat. Ironis bukan? Apakah lantas anda menghalalkan ketidak-jujuran itu? Silahkan dipilih sendiri karena anda mempunyai conditional sendiri dalam menentukan sikap anda.

Tetapi semalem saya spontan jujur karena memang itu sudah menjadi sikap hidup saya, sama seperti merek pisang emas yang saya pegang, yaitu ALAMI yang artinya jujur, apa adanya, gitu. 

Seperti biasa sepulang kerja ikut orang, saya harus nagihi penjualan pisang emas ke toko-toko buah. Sebuah toko buah sampai ada 3 nota yang belum tertagih karena waktu untuk menagih sangat terbatas. Kecil memang, 2 nota itu masing2 bernilai Rp 480.000 sedang yang 1 nota bernilai Rp 320.000. Namun sama owner toko buah tersebut saya diberi uang 3 x Rp 480.000. Matematik saya otomatis memproses penjumlahan sederhana itu, hasilnya mengatakan bahwa uangnya kelebihan Rp 160.000. Spontan saja nota dan uang saya kembalikan untuk dicocokkan dan dihitung ulang.

Bagaimana pandangan owner toko buah tersebut? Dia sangat respek terhadap kejujuran kita dan ini benefit buat kita. Saya yakin sie owner ini tetap loyal pada produk kita dan otomatis kita akan selalu diberi profit dari dia bukan? Pola pikir manajemennya harus begitu. Memang kita ada pamrih, tetapi kan pamrih itu didapat dari perilaku yang jujur dan tentunya akan langgeng.

Saya katakan bahwa kita sebagai rakyat kecil, tidak baiklah memakan hak orang lain meski itu hanya kecil nilainya. Uang Rp 160.000 itu bukan hak saya, kalau saya mengambilnya dengan tidak jujur, maka pasti Tuhan akan mengganjar kelakuanku setimpal atau bahkan berlipat, entah kapan, gitu aja. Kalau dalam hal-hal yang kecil saja kita tidak bisa dipercaya, bagaimana nanti kalau bisnis kita menjadi besar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar